Cuaca sore ini sangat cerah, banyak yang hilir mudik berkeliling kota dengan sepeda motor ataupun sepeda namun sebagian orang yang senang jogging terlihat juga di Taman Tanjungpura Ketapang, Kalimantan Barat. Memang hari itu sinar matahari sudah tidak terlalu terik dan angin pun berhembus sepoi-sepoi membuat siapapun dihari itu ingin bersantai atau berolahraga.
Saat itu jam menunjukkan 16.00 sore, dirumah aku mulai bersiap-siap untuk jogging. Sepatu olahraga baru beberapa saat lalu kubeli disebuah toko sepatu ketika aku pulang dari jawa. Harganya pun masih terjangkau kantong, lumayan lah yang penting bisa buat ber olahraga. Rute jogging hari ini berkeliling kota saja, tetapi dari rumah aku cukup berlari-lari santai menuju Taman Tanjungpura. Mengenai olahraga, walaupun tubuh dan fisik ku kecil tetapi aku sangat menyenangi olahraga Tae kwon Do dan Jogging, di Tae Kwon Do saja aku masuk dalam pelatih tingkat Dunia sedang Jogging sih hanya olahraga biasa dan yang penting adalah aku bisa berkeringat.
Taman Tanjungpura, ramai yang bersantai disana. Kursi-kursi di warung minuman pun terlihat penuh dengan pengunjung, tua muda memenuhi taman itu. Disebelah tama nada lapangan sepak bola, juga dipenuhi para pecinta sepak bola. Aku melewati keramaian tersebut, namun tiba-tiba ada suara yang memanggil..
“Ardo..!! Ardo…!!”
Aku pun berhenti, sambil tetap berlari ditempat. Berbahaya jika mendadak berhenti jika sedang berlari dan akupun mencari-cari siapa yang memanggil namaku. Kota Ketapang ini tidak lah besar, siapapun bisa saling mengenal atu sama lainnya. Tentu saja aku tidak merasa enak jika ternyata ada teman, keluarga atau bisa jadi tetangga yang memanggil tidak kupedulikan. Ternyata ada seorang lelaki paruh baya yang memanggilku di taman.
Dengan berlari-lari kecil aku menghampiri orang yang memanggilku tersebut, aku tidak mengenal yang memanggilku itu. Wajah nya cerah dan tersenyum, setelah berada didekat dengan orang tersebut seraya mengangkat tangannya ia mengucapkan salam, “Assalamualaikum..!”
“Waalaikumsalam, pak..!” Balasku atas ucapan salamnya tadi. Aku bingung juga aku merasa tidak mengenal bapak yang menyapaku, kusebut bapak karena usia nya sekitar 50 tahun an. Atau kah aku yang lupa dengan bapak ini ? Tapi aku tetap tersenyum sambil bersalaman.
“Bersantai kah di sore hari yang cerah ini, Ardo ?” Tanya si bapak masih tetap dengan senyumnya yang teduh.
“Ya, pak. Saya sore ini berolahraga agar dapat berkeringat dan sehat dan kebetulan cuaca juga bagus..” Jawabku.
“Dengan siapa Ardo berolah raga ?” Bapak itu masih bertanya ramah.
“Sendiri, pak.” Jawabku lagi. Kulihat bapak itu tersenyum dan mengangguk-angguk kan kepala nya. Kulanjutkan bertanya kepadanya, “Bapak tinggal dimana ?”
“Sekitar 60 km dari sini tempat tinggal bapak, Do..Kampung bapak namanya Kampung Dua Belas..”
“Lumayan jauh juga, pak “, aku teranggung-angguk seolah mengerti, selintas nama kampong bapak itu terasa akrab dalam ingatanku, selanjutnya aku berpikir bahwa Kampung Dua Belas adanya di Pesaguan atau Pagar Mentimun.
“Baiklah, Ardo.. silahkan melanjutkan olahraganya kembali, namun usahakan untuk tiba dirumah mu sebelum adzan maghrib.” Bapak itu mengingatkan ku dengan arif. Sangat perhatian dan seolah sangat akrab denganku, padahal aku masih bingung siapa bapak ini dan orangnya kurasakan ramah dan baik. Entah apa kah itu hanya perasaan tetapi itu lah sebenarnya saat bertemu dengan nya.
“Baik, pak.. terimakasih telah mengingatkan saya dan Insya Allah saya pun akan tiba di rumah sebelum adzan maghrib”.
“Assalamualaikum..” Salamku sambil tersenyum kepada bapak yang ramah itu.
“Waalaikumsalam, Ardo”. Balasnya kemudian.
Aku kemudian meninggalkan bapak itu melanjutkan olah raga, saat itu sudah jam 16.30 WIB. Namun saat berlari-lari itu, fikiranku melayang atas pertemuan dengan si bapak separoh baya bermuka cerah. Siapa dia ? Sepertinya dia sangat kenal dengan ku. Justru aku yang tak bisa mengingat kapan aku pernah bertemu dengan bapak tersebut.
Beberapa langkah aku berlari-lari kecil secara reflek kepalaku melihat kembali ke arah bapak tadi. Lho, ternyata orang tua itu tidak ada, akupun berhenti karena penasaran. Kuperhatikan sekeliling taman mungkin orang tua tersebut ada diantara pengunjung taman lainnya. Puas ku cari dengan mata, bapak tersebut memang tidak ada. Ku geleng-geleng kan kepala karena merasa aneh, padahal jika dihitung dengan waktu hanya tidak sampai 1 menit lalu baru kutinggal kan. Akal sehat ku serasa tidak sampai menemukan jawaban, kenapa secepat itu si bapak itu hilang tidak nampak terlihat lagi.
Kemana perginya si bapak itu ? Tapi sudah lah, fikirku. Aku harus melanjutkan olah raga dan harus pulang sebelum terdengan adzan maghrib.
Akhirnya memang betul Ardo sampai di rumah nya sebelum adzan maghrib dengan membawa rasa aneh pada pertemuannya dengan seorang bapak separoh baya yang seolah-olah sangat mengenalnya. Jadi siapakah bapak itu sebenarnya ? Pertanyaan itu masih menggantung dalam pikirannya.
Setelah itu Ardo mandi dan tak lama terdengar suara Adzan berkumandang memanggil umatnya untuk beribadah. Ia pun mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat maghrib dan dilanjut kan sholat Isya disebuah masjid dekat dengan rumah nya. Ardo memang terbiasa sholat Maghrib dilanjutkan dengan sholat Isya di masjid. Setelah selesai Ardo pulang ke rumah.
Ardo memang jarang bermain-main dengan teman sebayanya, jika malam hari selalu menghabiskan waktunya dengan menonton televisi atau membaca buku-buku. Malam itu setelah selesai sholat, makan dan menonton televisi, ia membaca buku-buku tentang agama sambil tidur-tiduran di kamarnya. Tanpa terasa matanya pelan-pelan tertutup, Ardo tertidur dan buku bacaanya tergeletak begitu saja diatas badannya.
Didalam tidur sebenarnya sebagian dari tubuh halus nya bangkit dari tubuh kasar Ardo. Kemudian tubuh halus itu melayang keatas langit dan tak lama dalam sekejap melesat meninggal kan kota Ketapang menuju suatu kota yang terang benderang saat di malam hari. Sekejap kemudian tubuh halus Ardo yang dalam bentuk seperti ujud kasarnya tiba di kota tersebut. Ramai sekali orang-orang hilir mudik laiknya sebuah kota besar.
“Subhanallah..! Indah sekali kota ini…!” Ucap Ardo setiba di kota tersebut, karena dilihatnya bagaikan dongeng. Kota itu tertata rapi, tidak ada sampah sedikitpun yang berserakan dijalan. Padahal, kota itu bagaikan ibukota Jakarta yang ramai dan padat penduduknya. Namun tentang sampah jangan dibandingkan dengan kota yang disinggahinya ini.
Ardo masih dalam ke takjuban melihat suasana kota itu, karena selama pergi kemana-mana belum pernah dilihatnya seperti kota yang disinggahinya ini. Tiba-tiba terdengar ucapan salam dari belakang tubuhnya..
“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..!” Ardo memutar tubuhnya dan membalas salam..
“Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh..!”
Ternyata yang mengucapkan salam adalah bapak tua yang tadi sore ditemuinya di taman.
“Ooohh, jadi bapak tinggal di kota ini kah?” Tanya Ardo kepada bapak itu, setelah terlintas pembicaraannya dengan orang tua tersebut.
“Selamat datang Ardo..”, ujar si bapak itu dan berkata dengan wajah tertap cerah dan tersenyum ramah, “Ini adalah kota yang tersembunyi dari pandangan manusia biasa yang biasa disebut Tanah Terlarang..!”
Mendengar disebut Tanah Terlarang, Ardo pun tersentak kaget.
“Siapa kah bapak ini sebenarnya..?” Ardo bertanya masih dalam takjub bercampur heran.
“Saya penduduk disini, di kota ini Do.. sama dengan kamu juga. Saya juga manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Kita hanya berbeda ruang dan waktu (Dimensi) saja..”
Lalu si bapak itu melanjutkan kalimatnya ke Ardo, “Kini sudah saatnya kamu pulang ke dunia mu, karena sebentar lagi akan di kumandangkan adzan Subuh”.
Ardo tersadar akan takjub dan herannya seraya berkata, “Baik pak. Saya akan kembali ke tempat saya. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..!”
“Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh..! Sampai berjumpa kembali, Ardo” Ucap si bapak itu.
Tak lama Ardo kembali melesat secepat kilat ke langit dan menuju ke tempat tinggal kembali ke ujud kasarnya.
Benar lah, tak lama terdengar suara adzan Subuh. Ardo bangun dari tidurnya. Ia duduk dipinggir ranjang sambil mengingat kejadian yang dialami yang dirasa dalam mimpi tetapi begitu jelas dalam ingatannya. Nanti Ardo akan berkunjung ke rumah pak Rasyidi untuk menanyakan tentang apa yang dialaminya itu. Ia pun beranjak bangun untuk menunaikan Ibadah Subuh nya.