Ada hal yang cukup aneh, suatu hari Abu Abu melihat isi kurungan gaib tersebut sudah terisi oleh seekor Ayam Jago. Dilihat nya ayam jago itu, sambil tersenyum dan geleng-geleng kepala.. dalam hatinya ia berkata-kata :
“Sampai begitu perilaku orang yang memiliki kemampuan supranatural dalam mencoba kurungan gaib, sungguh tak dapat dimengerti dan apa gunanya ? Hhhhh… jika bukan mereka ingin kejayaan duniawi yang semu tentu tak akan dicobanya, apalagi dengan mengirim yang aneh-aneh…”
Malam harinya, saat telah sangat larut.. seorang punggawa dari Kerajaan Bawah Air yang berujud ular besar dengan kulit hitam dan corak kuningnya sedang berjalan-jalan melintasi angkasa setelah selesai tugasnya mengawasi wilayahya di daerah Kendawangan sekitarnya. Saat melintasi kota Ketapang, terdengar olehnya ada suara yang memanggil meminta tolong dalam bahasa Ular. Sesaat ia terhenti sejenak, siapa yang memanggilnya. Terdengar suara itu lagi meminta tolong agar dibebaskan dari kurungan…
“Saudaraku, tolong lepaskan kami….”.
Punggawa itu bernama Ki Wanatala, dengan mata tajamnya akhirnya dapat dilihatnya ada sebuah kurungan yang bercahaya pada sebuah rumah yang berada dekat sungai Pawan. Dipandangnya lagi kurungan itu, namun pandangannya terhalang oleh sesuatu yang seperti kabut tipis. Ki Wanatala mencoba melakukan komunikasi dengan suara yang memintanya tolong tersebut :
“Siapakah kalian yang meminta tolong..?”
“Kami adalah bangsamu yang terkurung oleh suatu kekuatan jahat.. bantulah lepaskan kami..”.
Ki Wanatala tampak ragu-ragu, ia masih bertanya..
“Dari mana asalnya kalian ?”
“Kami berasal dari Tanah Jawa… bantulah lepaskan kami. Kami disiksa disini dan tidak diberi makan, kami mungkin akan dibunuh perlahan-lahan. Bantulah lepaskan kami ini…
“Apa yang diperbuat oleh kalian disini ? Ini jauh dari tempat kalian..”, Ki Wanatala masih tetap menyelidiki.
Sebagai prajurit dari Kerajaan Bawah Air, Ki Wanatala cukup heran kenapa ular yang memintanya bantuan itu sampai berjalan ke Kalimantan dan hingga terkurung di tempat itu.. bentrok kah dengan si pemilik kurungan itu ? Ia tidak memahami, namun sudah selayaknya ia memeriksa apa yang terjadi dibawah sana.
Sewaktu ia turun, di atap rumah ada seekor naga besar yang menjaga.. ya, dialah Antaboga yang semula terlihat seperti hiasan atap rumah. Begitu dilihatnya ada ular besar turun dari langit, Antaboga berdiri diatas kakinya dengan mata menatap tajam menatap ular besar yang turun dari langit. Cakar di kakinya sudah mencengkeram kuat pada atap rumah dan ekor nya yang besar mulai bergetar tanda bahwa ia dapat dengan cepat menyabet musuh dengan ekornya itu.
Naga yang menjaga di atap rumah bernama Antaboga (bukan Antaboga dalam seri pewayangan), nama itu adalah pemberian Abu Abu kepadanya. Dimasa lampau.. pada zaman panglima dari tatar China yaitu Cheng Ho, Antaboga turut mendampingi sang Panglima melintasi samudra dan daratan. Ia merupakan manifestasi doa dari panglima Cheng Ho kala itu, sehingga muncullah seekor naga yang mendampingi sang panglima. Seiring dengan berjalannya waktu, ia telah dilupakan dalam beberapa abad lampau hingga Abu Abu memanggilnya dikala ia sedang bertapa pada sebuah gunung di Negeri China.
Kembali kepada kisah Ki Wanata yang turun dari angkasa dan bertemu dengan Antaboga… melihat ada naga yang sedang bersiap tempur. Ki Wanatala mengeluarkan tanda keprajuritannya dari Kerajaan Bawah Air.
“Selamat malam saudaraku Sang Naga…”. Ki Wanatala menyapa Antaboga.
“Malam juga, wahai prajurit dari Kerajaan Bawah Air.., apa gerangan yang membuat anda datang kemari.. ?“ Tanya Antaboga kepada Ki Wanatala.
“Terdengar suara meminta pertolongan saat saya sedang melintasi kota ini, yang ternyata berasal dari tempat ini….”.
“Benar sekali apa yang saudaraku sampaikan..”, ujar Antaboga.
“Mohon diIzinkan untuk melihatnya.. untuk mengetahui siapa mereka dan kenapa mereka sampai disini…”.
“Baik.. “, Antaboga menjawab permintaan Ki Wanatala, lalu lanjutnya, “silahkan Kisanak.. kurungan gaib itu cukup berbahaya untuk didekati, agar berhati-hati dan jangan ada berniat buruk. Saya tidak akan dapat membantu kisanak…”
“Dengan senang hati saudaraku.. terimakasih atas informasinya”.
Ki Wanatala pun merubah ujudnya menjadi sosok pria dengan pakaian prajurit khas Kerajaan Bawah Air dan ia meloncat turun kebawah. Sesampai dibawah, dilihatnya kurungan itu sangat kokoh. Didalam kurungan terdapat beberapa kurungan lagi dan banyak penghuninya… setiap jenis makhluk memiliki kurungan tersendiri sesuai dengan jenisnya.
Diperhatikannya satu persatu setiap kurungan itu, kebanyakan penghuninya sedang tidur.. tetapi ada juga yang sedang duduk-duduk melamun. Mata ki Wanatala berusaha mencari sosok dari suara yang memanggilnya tadi. Akhirnya dapat terlihat olehnya ada dua ekor ular besar yang terkurung disana namun agak jauh, dia tidak cukup jelas memandangnya terhalang oleh makhluk-makhluk yang terkurung didepan nya.
Tiba-tiba terdengar sura desis ular dalam kurungan dan berbicara kepada Ki Wanatala :
“Kami ada dipojok kurungan Kisanak…, ada yang ingin kami ceritakan. Kemarilah..”
Ki Wanatala bingung, bagaimana mencapai kesana ? Karena melihat Ki Wanatala bingung tak tahu harus berbuat apa si ular yang terkurung berkata lagi..
“Kurungan ini tidak rapat dengan dinding kisanak, dengan ujud manusia kisanak dapat menghampiri kami dari samping.. kemarilah dan dengar lah kisah kami kenapa sampai dijerat dan dikurung disini”.
Salah satu dari Sepasang ular itu memberikan petunjuk kepada Ki Wanatala bagaimana caranya bisa mendekat ke mereka. Ki Wanatala melihat dinding rumah memang tidak menempel dengan kurungan gaib itu, dengan memiringkan tubuhnya ia kemudian menyisir kurungan gaib itu untuk mencapai ujung kurungan yang ditempati sepasang ular yang berbicara padanya.
Namun saat melintasi kurungan yang di huni oleh harimau, mendadak para harimau itu terbangun dan melompat terkejut. Radar mereka menangkap pergerakan makhluk dekat dengan dinding dan terbangun, karena terkejut dan juga karena mungkin frustasi lama terkurung… para harimau itu mudah tersinggung dan sensitive. Apalagi ada sesosok manusia gaib yang berusaha melintasi kurungan dekat dengan mereka. Para harimau itu meraung, menggeram dan berusaha mencakar Ki Wanatala yang melintasi kurungan itu. Semua makhluk menjadi terbangun dan kandang itupun menjadi rebut hingga terguncang-guncang dengan hebatnya… semuanya terkejut dan marah.
Kasihan Ki Wanatala, ia tak menyangka jadi seperti itu… khawatir tercakar oleh para harimau dan panik akibat terkejut bukan kepalang. Ki Wanatala bergegas menjauhi kurungan para harimau dan saking tidak dapat menguasai dirinya tanpa sengaja Ki Wanatala berubah wujudnya menjadi ular besar. Sungguh tak dinyana, niat ingin mendapat informasi justru akhir nya Ki Wanatala mendapat petaka.. akibat perubahan ujudnya.. Ki Wanatala malah terjepit diantara kurungan dan dinding rumah.
Tiada yang tahu, yang menjaga kurungan pun sudah menjadi terbiasa oleh jeritan.. raungan dan suara kemarahan dari makhluk yang terkurung. Antaboga pun hanya diam saja, ia sudah cukup yakin jika Ki Wanatala tidak keluar.. pasti ia terkurung jikalau berbuat kesalahan. Ia tidak sampai berpikir jika Ki Wanatala hanya ingin mendapatkan informasi saja dan akhirnya sampai terjepit.. tak ada niat buruknya dengan kurungan dan penghuninya. Tetapi memang Ki Wanatala sedang apes.
Malam kedua setelah terjepitnya Ki Wanatala, di Kerajaan Bawah Air nun jauh dari Kalimantan sedang gempar.. Panglima Senopati belum mendapat khabar dan laporan rutin dari daerah Kendawangan Kalimantan Barat. Daerah itu terkenal aman dan tidak pernah terjadi suatu hal apapun dari zaman mulai berdiri Kerajaan Bawah Air hingga saat ini dan selalu aman aman saja wilayah itu.. adalah sungguh sangat mengherankan bagi Panglima Senopati.. bahkan firasat atau pertanda sebelum terjadi tidak didapatnya. Biasanya ia telah mendapat suatu tanda jika akan terjadi gejolak di wilayah Kerajaan Bawah Air yang menguasai sebagian besar wilayah Air Bumi hingga daerah yang berbatas Kerajaan Besar yaitu Kerajaan Air (Iblis) Ujung Dunia di wilayah Puerto Rico di Samudera Atlantik.
Panglima Senopati sangat berhati-hati dalam tindak tanduknya dan selalu mengawasi sendiri seluruh wilayah Kerajaan. Hubungan dengan Kerajaan gaib dimuka bumi selama ini berjalan dengan baik, saling hormat menghormati. Tidak pernah terjadi peperangan, sama seperti dengan Kerajaan Bunian lainnya di suluruh dunia. Kerajaan Bawah Air juga merupakan Kerajaan Bunian terbesar yang berpusat di dasar Samudra Pasifik, mereka selalu taat beribadah dan tidak pernah berbuat ataupun melanggar apa yang dilarang oleh Yang Maha Kuasa. Jika ada yang meniru dan mengatas namakan mereka tentu sangat banyak dilakukan oleh mereka yang bukan Bunian Kebenaran. Boleh dikata Kerajaan Bawah Air merupakan Kerajaan Orang Bunian Kebenaran yang selama ini banyak di salah sangkakan dengan perbuatan yang jauh dari azas sifat Kebenaran.
Setelah melapor kepada Kanjeng Ratu untuk meminta izin beliau, Sang Panglima pergi ke Kalimantan untuk mencari salah satu punggawa kerajaan yang hilang.
Sementara itu jauh di Ketapang, Kalimantan Barat. Abu Abu sedang duduk menghadap komputer seperti biasanya. Ia senang menulis apa yang terjadi berkenaan dengan perihal yang berhubungan masalah gaib pada kehidupan sehari-hari manusia, namun ia lebih fokus pada kejadian pada teman-temannya ataupun pada diri sendiri serta kejadian di Negeri Bunian yang bertujuan meluruskan pendapat orang-orang pada umumnya. Sehingga tidak terjadi silang saling pendapat.
Dengan semakin banyak penghuni kurungan gaib, oleh pak Haji Guru Besar ditempatkan lah beberapa penjaga yang secara bergilir bergantian menjaga kurungan itu. Dari bagian depan hingga kebelakang kurungan pun telah dijaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mungkin beliau sudah menduga akan terjadi sesuatu. Abu Abu pun telah diinformasikan oleh beliau mengenai penjagaan tersebut.
Saat sedang berkutat dengan komputernya, mendadak Abu Abu merasakan ada suatu kekuatan dahsyat. Sejenak ia berhenti dan berpikir kekuatan siapa yang dirasakannya ini. Belum pernah ia merasakan kekuatan ini sebelumnya. Tubuhnya serasa bergetar akibat tabrakan pancaran energi pendatang dan energinya sendiri, ia melihat ke kurungan gaib dan ternyata tidak ada suatu hal yang aneh dengan kurungan itu. Mencari ke sekeliling nya juga tidak ada, sampai ia menembus lapisan tanah untuk melihat … dan ternyata tidak ada juga. Begitu matanya menatap ke atas, ia terkejut bukan kepalang…..
Jauh tinggi di bawah langit ke-empat tempat bersemayamnya para bidadari dan lebih tepatnya di alam para Dewa Dewi, terlihat sosok ular yang sangat besar berwarna kuning keemasan. Ular itu terlihat sangat anggun dan indah, tubuhnya cenderung mirip naga.. hanya bedanya ukar yang berkulit keemasan itu tidak memiliki kaki layak nya naga seperti Antaboga. Ternyata pancaran energi itu berasal dari sang ular yang berwarna kuning keemasan.
Abu Abu waspada, karena dari jauh saja ia sudah merasakan kekuatan ular tersebut. Ia juga menduga jangan-jangan ular tersebut ingin membebaskan rekan-rekannya yang terkurung. Abu Abu membuat sikap meditasi dan memanggil Sang Pendamping untuk menghalau Ular Kuning Keemasan itu menjauh.
“Assalamualaikum, Eyang.. .”
Sang Pendamping datang dalam sekedipan mata dan membalas salam Abu Abu
“Waalaikumsalam Warrahmatulahi Wabarrakatuh, Jebeng… Ada apa engkau memanggilku ?”
“Jika Eyang berkenan, saya ingin mengutus Rajawali milik Eyang untuk menghalau ular besar yang berwarna keemasan di atas langit itu..”. Ujar Abu Abu sambil melihat keatas langit. Sang Pendamping hanya tersenyum dan manggut-manggut. Entah apa yang ada di dalam pikiran Sang pendamping nya itu dan tersenyum saja melihat Abu Abu yang gelisah.
Dengan merapatkan kedua belah telapak tangannya didepan dada, Abu Abu berkonsentrasi memanggil para Rajawali milik Sang Pendampingnya.. . Hanya beberapa detik saja di ujung cakrawala langit Ketapang terlihat beberapa sosok burung yang sangat besar sekali terbang menuju langit tepat diatas Abu Abu dan Sang Pendampingnya duduk. Ada empat Rajawali Raksasa yang melayang dan kemudian berputar-putar diatas tempat nya Abu Abu.
“Naik lah keatas lagi.., halau ular besar itu..”, perintah Abu Abu kepada ke empat Rajawali. Namun mereka hanya bisa berputar-putar saja. Sepertinya tidak bisa naik lagi, ular besar itu hanya memperhatikan saja. Ia tidak beranjak atau terpancing sedikitpun dengan kedatangan para Rajawali itu, karena para burung itu tidak bisa naik lebih tinggi menggapai tempatnya saat itu. Rajawali raksasa hanya bisa berputar-putar saja dan akhirnya Abu Abu memerintahkan agar pra Rajawali itu kembali keasalnya semula.
Dipandangnya kembali ular besar yang berwarna keemasan, kemudian ia berkata kepada Sang Pendamping..
“Apa yang harus saya lakukan Eyang ?”
“Bersabarlah Jebeng… , dia hanya melihat saja dan tidak mengganggumu..”.
“Tetapi Eyang, saya khawatir sekali.. energi ular itu sangat kuat hingga tubuh saya terasa bergetar..!!”
Sang Pendamping tersenyum melihat Abu Abu penasaran dan katanya kemudian..
“Sepertinya tak ada niat buruk darinya… jangan berprasangka buruk, Jebeng.. bukankah engkau ingin berlaku sabar dan bijak. Jangan engkau turuti hawa nafsu, antara hawa nafsu dan hati nurani sangat tipis perbedaannya..”.
Abu Abu terdiam mendengar nasihat Sang Pendamping, kemudian dilanjutkan kalimatnya kepada Abu Abu..
“Jangan menilai siapapun dari fisiknya, Jebeng… Eyang melihat engkau melihat ujud nya Ular dan Energinya diatas kemampuanmu, langsung engkau sudah dapat mengambil kesimpulan… . Biarkan lah, amatilah lalu bertanyalah dan setelah itu engkau dapat menggunakan hati nurani mu dalam mengambil sikap…”.
Abu Abu mengangguk-angguk, membenarkan ucapan Sang Pendamping. Ia menghela nafas, merasa salah telah mengambil tindakan yang terbawa hawa nafsu bukan dengan hati nuraninya.
“Maafkan saya Eyang..”, ucapnya kemudian. Sang Pendamping mengangguk-angguk, senang Abu Abu memahami ucapannya. Tak lama Sang Pendamping bangkit berdiri dan berkata kepad Abu Abu..
“Eyang pulang dulu, Jebeng.. , jika akan terjadi sesuatu tentu Eyang akan datang tanpa engkau panggil..”.
“Baik Eyang, terimakasih dengan apa yang telah disampaikan ke saya..”. Ucap Abu Abu sambil mencium tangan Sang Pendamping.
“Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh..”.
“Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabbarakatuh, Eyang..!”
Sang Pendamping pun lenyap dari pandangan Abu Abu. Kemudian ia memanggil kembarannya, Antaboga, Nagagini (dari Kerajaan Sapta Pertala), SAX, Asri, Si Hitam Harimau Kumbang dan para penjaga Kurungan Gaib dari Padang 12 untuk bersikap waspada dan berjaga-jaga. Jika terjadi sesuatu agar disampaikan kepadanya. Setelah memberikan pesan kepada mereka semua, Abu Abu berpamitan untuk istirahat karena keesokan harinya ia sudah akan bekerja sebagaimana biasanya.
Malam pun tambah semakin larut, namun tidak terjadi suatu apapun pada malam itu. Ternyata yang berujud ular besar berwarna kuning keemasan adalah Panglima Senopati dari Kerajaan Bawah Air. Sang Panglima sudah menemukan punggawa nya, ia sepertinya terjepit dalam Kurungan Gaib yang berada di sebuah rumah yang dalam pengawasan Kerajaan Padang 12. Tentunya ia tidak dapat bertindak gegabah karena antara Kerajaan Padang 12 dan Kerajaan Bawah Air merupakan satu kesatuan di bawah Nilai Kebenaran. Sama-sama berasal dari Manusia Bunian Kebenaran, sehingga ia hanya melihat dari atas saja dan ketika ada burung Rajawali yang ingin menghalaunya.. Sang Panglima tetap tenang saja karena letaknya tak dapat digapai oleh burung yang sakti itu.
Sang Panglima Senopati merupakan kepercayaan dari Kanjeng Ratu Kerajaan Bawah Air yang sangat terkenal. Sedangkan Kanjeng Ratu sendiri boleh dikata tidak pernah keluar dari kerajaannya kecuali dalam urusan kenegaraan. Kanjeng Ratu merupakan Manusia Bunian Kebenaran yang namanya sering disalahgunakan dan disalah artikan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, bahkan ada yang mendewakannya atau memujanya. Beliau tidak pernah menyakiti atau meminta apapun kepada makhluk lain, tutur kata nya sangat halus dan jauh dari gambaran yang pernah dibuat orang dengan lukisan ataupun kata-kata. Jika ada yang mengatasnamakan beliau hingga meminta yang bukan merupakan sikap Kebenaran maupun Ke Tuhanan, bisa dipastikan itu bukan Kanjeng Ratu. Manusia Bunian Kebenaran yang ada diseluruh dunia tidak pernah dan tidak akan bersikap seperti itu.
Kembali kepada Sang Panglima Senopati yang masih di atas langit Ketapang, dimana sang Panglima hanya berdiam diri dan berpikir apa yang menyebabkan punggawanya sampai terjepit di kurungan itu. Salahkah yang diperbuat punggawanya itu ? Apa yang diperbuatnya di bawah ? Ia juga melihat Abu Abu di rumahnya yang berkaitan dengan Kurungan Gaib. Namun ia hanya ingin tahu, sebelum ia melapor kepada Kanjeng Ratu apa yang harus diperbuatnya nanti, karena si punggawa itu sudah masuk dalam wilayah Kerajaan Padang 12. Jika ia terburu dalam mengambil tindakan tentu ia akan dipersalahkan oleh Kanjeng Ratu yang sangat di hormati nya itu.
Keesokan harinya,… Abu Abu saat itu mampir di tempat kerja Budiman. Ia menceritakan kepada Budiman kejadian semalam, panjang lebar ia bercerita dan berkata kepada Budiman ..
“Coba lah lihat di langit kita itu, Man…”.
Budiman melihat ke angkasa dan betul apa yang dikatakan Abu Abu, terlihat sosok ular berwarna keemasan masih berada di atas langit. Ia masih melihat dan mengawasi kebawah apa yang sedang terjadi.
“Wah, bang.. saya merasakan ini lain dari yang lain. Energi nya sangat besar, tubuhnya juga mengingat kan saya ada yang seperti itu juga besarnya serta energinya juga sangat kuat..”. Budiman berkata kepada Abu Abu.
“Siapa itu, Man..?” Tanya Abu Abu.
“Sudah lama sekali, kejadiannya saat itu saya didatangi oleh beliau diminta untuk mengobati anak nya yang terluka parah…”, cerita Budiman. Abu Abu menggeser tempat duduknya untuk mendengar cerita Budiman lebih rinci. Budiman melanjutkan ceritanya..
“Tetapi apa yang mau dikata, sudah saya bantu semaksimal mungkin.. tetapi Allah yang punya kehendak, si Anak tak tertolong dan akhirnya meninggal. Namun beliau tetap bertrima kasih kepada saya dan memberikan cindera mata berupa keris bertahtakan emas berlian.. namun barang itu saya gaibkan karena khawatir menjadi perebutan manusia.. sehingga dapat menimbulkan bencana nantinya..!” Budiman menerawang mengingat kejadian yang telah lama lewat.
“Siapakah beliau itu ? Ular sebesar yang diatas langit itu juga ?” Tanya Abu Abu kepada Budiman seolah tak sabar ingin mendengar kelanjutan cerita Budiman.
“Benar, bang.. Beliau berujud ular besar berwarna hitam, beliau lah yang menjaga Pulau Kalimantan ini dan dia sedang bertapa.. panjang tubuhnya dari ujung ekor sampai kepala dapat melingkari Pulau Kalimantan ini..”. Ujar Budiman.
Abu Abu tersentak kaget..
“Ahh, begitu besar dan panjang ular itu, Man.. . Apakah waktu itu kamu ada bertanya.. berasal dari Kerajaan mana beliau itu, Man ?”
“Saya tidak bertanya dan mana teringat bang untuk menanyakan dari kerajaan mana beliau itu bang..”.Jawab Budiman atas pertanyaan Abu Abu.
“Baiklah, bagaimana menurut kamu tentang Ular yang ada diatas langit itu ?” Abu Abu bertanya kepada Budiman, karena sampai saat ini saja tubuhnya masih terasa bergetar akibat energi yang dipancarkan oleh Sang panglima Senopati
“Mmhhh…. Saya pun tidak tahu bang, besar benar energinya, tetapi jika terjadi apa-apa gunakan semua yang ada pada bang Abu..”, Budiman sepertinya juga ragu.
“Ok. Baiklah , Man… saya mau jalan dulu…, Assalamualaikum!”
“Baik bang… Waalaikumsalam..”. Budiman menjawab salam Abu Abu.
Abu Abu pun beranjak dari ruangan Budiman dan ia ingin pergi ke tempat pak Rasyidi, menanyakan perihal yang terjadi mulai dari kemaren malam hingga saat ini. Ia berharap pak Rasyidi ada dirumahnya. Kebetulan dari kantor Budiman dan rumah pak Rasyidi tak seberapa jauh, ditempuh dengan kendaraan hanya 5 menit saja.
Pak Rasyidi ternyata ada dirumah dan Abu Abu tidak sia-sia berjalan kesana, karena biasanya sangat sulit mencari pak Rasyidi. Beliau selain bekerja di kantor juga sering dipanggil oleh orang-orang yang membutuhkan pertolongannya. Namun saat itu pak Rasyidi sedang ada tamu, Abu Abu menunggu di ruang khusus tempat mereka biasa bersantai. Tubuhnya masih merasakan getaran, ia pun meminta kepada segelas air putih kepada istri pak Rasyidi… setelah tersedia, gelas air putih itu diletakkannya diatas meja dan kemudian ia duduk bersila sambil berdoa meminta bantuan kepada pak Haji Guru Besar agar memberikan doa penenang hati.
Tak lama sebuah mobil Strada milik Pak Haji Guru Besar sudah parker dipinggir jalan depan rumah pak Rasyidi, beliau datang dan setelah uluk salam dengan pak Rasyidi dan Abu Abu… ia menuju gelas yang diletakkan diatas meja. Dengan membaca doa yang tak terdengar oleh Abu Abu, pak Haji Guru Besar mengisi air putih tersebut dengan doa penenang hati. Beliau kemudian meminta Abu Abu untuk meminum air tersebut.
Abu Abu beranjak dari duduknya dan mengambil air yang telah dibacakan oleh beliau. Dengan bacaan Bismillah.. ia meminum air tersebut dan.. tak lama tubuhnya sudah mulai tenang tidak bergetar kembali seperti tadi. Abu Abu mengucapkan terima kasih kepada pak Haji Guru Besar dan tak lama kemudian datanglah masuk ke ruang tersebut pak Rasyidi.. tampaknya tamu yang butuh pertolongannya telah kembali pulang..
Saat mereka duduk berdua dan bercanda seperti biasanya.. tak lama muncul seseorang tokoh pelaku seri kisah bunian juga yang kita sebut atau biasa dipanggil sebagai “Sang Penghubung”.
Tokoh yang disebut Sang Penghubung ini memang tidak dapat disamarkan dengan sebuah nama, tetapi ini adalah permintaan dari Kerajaan Padang 12 dan Kanjeng Ratu Kerajaan Bawah Air. Sehingga penulis tidak menyebutkan namanya.
Mereka duduk berempat, sambil meminum kopi yang disediakan oleh istri pak Rasyidi.. Abu Abu kembali bercerita kepada pak Rasyidi, pak Haji Guru Besar dan Sang penghubung dari awal hingga saat ini.
Setelah mendengar cerita dari Abu Abu, pak Rasyidi menatap ke atas langit… lalu ia pun tersenyum dan berkata..
“Hanya melihat-lihat tak ada apa-apa, Abu..”, ujar pak Rasyidi.
“Apa maksudnya datang kemari..?” Tanya Abu Abu kepada pak Rasyidi.
Pak Rasyidi menoleh kepak Haji Guru Besar, “ada yang salah tangkap kah pak Haji..?”
Pak Haji Guru Besar melihat ke Kurungan Gaib, beliau meneliti satu persatu apakah ada yang salah tangkap di dalam kurungan. Beliau melihat di ujung kurungan agak miring ke kanan, ah ternyata ada seekor ular besar terjepit disana.
“Bukan salah tangkap pak Rasyidi..”, jawab pak haji Guru Besar, kemudian melanjutkan kalimatnya,
“tetapi entah darimana hingga ada seekor ular terjepit disana…”.
Kemudian pak Haji Guru Besar melihat ke atas langit, beliau mengadakan pembicaraan kepada Sang Panglima Senopati.
“Assalamualaikum Warrahmutallahi Wabbarakatuh, Panglima.. “
Terdengar sang Panglima Senopati menjawab..
“Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabbarakatuh, Kyai Haji… bagaimana khabar nya..?”
Ternyata antara pak Haji Guru Besar dan Sang Panglima Senopati telah saling kenal…
“Ada apa gerangan yang membuat Panglima jauh-jauh datang kemari..?”
“Saya kehilangan seorang punggawa kerajaan yang bertugas di Kendawangan, terlihat oleh saya dia ada di bawah sebuah Kurungan Gaib…, saya juga tidak mengetahui kenapa sampai seperti itu..”.
“Oh, Ki Wanatala kah itu..?”
Pak Haji Guru Besar memang kenal dengan Ki Wanatala yang menjaga wilayah perairan di Kendawangan dan tentu saja Ki Wanatala sangat sering berhubungan dengan para petinggi di Kerajaan padang 12.
“Benar Kyai Haji, Ki Wanatala…”. Jawab Panglima Senopati.
Pak Haji pun terkejut, Ki Wanatala masih termasuk orang Bunian Kebenaran tetapi dari Kerajaan Bawah Air.
“Astaghfirullah… kenapa bisa terjadi seperti itu.., maaf Panglima Senopati akan kami bantu Ki Wanatala agar tidak terjepit di kurungan itu…”.
Pak Haji Guru Besar kemudian, berbicara kepada SAX yang saat itu berada dekat Kurungan Gaib. Beliau meminta SAX melepaskan Ki Wanatala yang terjepit diujung kurungan. Mendengar permintaan itu pun SAX dengan tubuh yang besar dan dengan kekuatan yang juga besar dengan mudahnya mengangkat Kurungan itu dan terlepaslah jepitan di tubuh Ki Wanatala dalam ujud ular. Setelah lepas Ki Wanatala mengangguk tanda ucapan terimakasih kepada SAX yang juga membalas dengan anggukan.
Ki Wanatala terbang ke angkasa menyusul Panglimanya yang menanti diatas.
Kemudian sebelum pergi, Sang Panglima Senopati menyampaikan ucapan banyak terimakasih kepada pak Haji Guru Besar dan teman-teman beliau yang ada saat itu serta permohonan maaf nya juga karena membuat resah teman-teman atau keluarga dari pak Haji Guru Besar. Sebelum melesat meninggalkan langit ketapang Sang Panglima Senopati sempat menitipkan pesan kepad pak Haji Guru Besar bahwa kemungkinan Kanjeng Ratu Kerajaan Bawah Air akan berkunjung ke Ketapang menemui Raja Kerajaan Padang 12 dan Sang Penghubung.
Ternyata apa yang terjadi selama ini saat Sang Panglima berada di Kota Ketapang terus di pantau oleh Kanjeng Ratu Kerajaan Bawah Air. Dengan bukti beliau menitipkan pesan ingin berkunjung ke Ketapang. Jadi sebelum Sang panglima melapor beliau sudah tahu apa yang sedang terjadi.
Pak Rasyidi juga mendengar pembicaraan antara pak Haji Guru Besar dengan Sang Panglima Senopati,.. pak Haji kemudian menceritakan kepada pak Rasyidi bahwa Sang Panglima Senopati itu adalah teman akrabnya juga. Terakhir Sang Panglima menyampaikan pesan bahwa Kanjeng Ratu akan mengunjungi Sang Penghubung.
Pak Rasyidi menoleh ke Sang Penghubung dan berkata..
“Bang, bersiap-siaplah nanti malam Kanjeng Ratu Kerajaan Bawah Air akan berkunjung ke rumah abang..”. Pak Rasyidi tersenyum kepada Sang Penghubung.
Wajah Sang Penghubung terlihat pucat pasi… kenapa harus dia yang akan di temui oleh Kanjeng Ratu Kerajaan Bawah Air ? Sang Penghubung tidak pernah berpikir sedikit pun tentang sosok yang agung itu mau menemui nya yang tak ada jabatan atau pangkat apapun apalagi jika dipautkan dengan Ilmu… Sang Penghubung tersenyum kecut.
Pak Haji Guru Besar melihat Sang Penghubung cemas, beliau lalu berkata kepada Sang Penghubung..
“Kepastiannya nanti, bang.., akan diberitahu kemudian…”.
Ia hanya mengangguk-angguk tanpa berkata apa-apa, hatinya diliputi kebingungan.
Tak lama mereka berkumpul, hanya sebentar karena saat itu hari masih siang dan mereka kembali saat terdengar Adzan Dhuhur berkumandang. Mereka kembali ketempat masing-masing…
Pukul 15.00 sore hari, datang pak Ustadz Haji dan seseorang yang berpakaian kerajaan kerumah Sang Penghubung dan mengatakan Kanjeng Ratu akan datang bertemu dangannya, setelah menyampaikan pesan tersebut pak Ustadz Haji mengantarkan utausan dari Kerajaan Bawah Air kembali ke kerajaannya di dasar Samudera Pasifik.
Saat itu pukul 17.00 Sore hari, Sang Penghubung keluar dari rumah ingin mencari makanan untuk putra putrinya. Sesampai diluar rumah, ia terkejut.. karena di depan rumah nya sudah ada 3 orang prajurit dari Kerajaan Padang 12 yang berjaga-jaga di depan rumahnya dan tanah kosong depan rumahnya juga sudah terisi penuh dengan mobil-mobil mewah dari Jenis Pajero, Nissan dan banyak lagi tak dapat diingatnya (semua yang di lihat oleh Sang Penghubung adalah gaib) … ia hanya tahu jika mobil yang terpakir penuh di depan rumahnya itu semua seperti mobil-mobil mewah yang ada di televisi. Diketapang tak pernah dilihatnya ada seperti itu. Sang Penghubung menoleh kekanan dan kekiri mencari pemilik mobil itu tetapi ia tak melihat nya… entah pada kemana mereka..
Ia menoleh ke atas rumahnya dan di sana telah berdiri seorang Dayang dari Negeri Kahyangan berjaga-jaga. Terbayang kembali akan ditemui oleh seorang Ratu, jantung Sang Penghubung serasa copot... saking takut nya ia memanggil-manggil semua pendampingnya.. semilir angin sejuk menerpa wajahnya dan disampingnya telah hadir 8 pendamping nya.
Sang Penghubung masih kurang yakin.. hatinya terasa tak menentu.. kembali ia memanggil sahabatnya 7 Bidadari Kahyangan... hanya beberapa saat saja dari atas langit tampak gumpalan awan berjalan menentang angin dan gumpalan awan itu turun ke bumi… di atas nya berdiri 7 bidadari. Barulah Sang Penghubung berani keluar rumah untuk mencari makanan dengan didampingi oleh 8 Pendamping dan 7 Bidadari.
Selepas shalat Maghrib, mobil-mobil mewah penuh sampai ke jalan utama. Jika orang yang mampu melihatnya tentu akan sangat terkejut bahkan akan takut. Begitu ketatnya penjagaan tersebut untuk menyambut kedatangan Kanjeng Ratu Kerajaan Bawah Air. Wilayah Darat sudah di jaga ketat dan Wilayah Udara juga demikian semua terjaga rapat. Jika kita melihat kedatangan Presiden Amerika ke Indonesia, begitu ketatnya keamanan yang di jaga…. ini lebih berlipat-lipat lagi ketatnya.
Tak lama ada beberapa mobil datang masuk kejalan tempat tinggal Sang Penghubung, mobil didepan keluarlah Pak Haji Guru Besar, kemudian berturut –turut keluar Wakil dari Kerajaan Gunung Radak, Pak Ustadz Haji, 8 Dara dan lain-lainnya.. Mereka selanjutnya masuk kedalam rumah Sang Penghubung dan sebagian ada diluar menunggu kedatangan Kanjeng Ratu.
Suasana diluar sangat ramai sekali, banyak yang menunggu kedatangan Kanjeng Ratu yang sangat terkenal … mereka semua adalah masyarakat bunian di kota Ketapang. Karena mereka belum pernah melihat Kanjeng Ratu dari dekat, hanya mendengar cerita saja dari mulut ke mulut. Sungguh padat dan penuh manusia bunian kala itu.
Lebih kurang 15 menit kemudian terdengar bunyi gemerincing lonceng kereta, terlihat diujung jalan sebuah kereta kencana yang ditarik oleh 4 ekor kuda putih yang gagah perkasa. Kereta Kencana itu menebarkan aura kuning keemasan dan berhenti di depan rumah Sang Penghubung. Dibelakang kereta tampak beberapa mobil pengawal Kanjeng Ratu dan dari Kerajaan Padang 12 mendekati Kereta Kencana itu.
Turun pertama dari Kereta Kencana adalah Wakil Raja Kerajaan Padang 12 dan kemudian keluarlah Kanjeng Ratu Kerajaan Bawah Air dengan baju adat Jawa berwarna Kuning Keemasan dan Jarik Prada serta dengan mahkota tinggi keemasan.. sangat anggun dan menebarkan aura kewibawaan yang sangat tinggi. Suasana riuh rendah memanggil Kanjeng Ratu dari masyarakat bunian.. mereka mengelu-elukan kunjungan Ratu yang sangat cantik sekali dan anggun. Sang Kanjeng Ratu tersenyum ramah dan kemudian diiringi oleh Wakil Raja Kerajaan Padang 12 memasuki rumah Sang Penghubung.. didalam telah siap menyambut kedatangan beliau-beliau yang sangat dihormati.
Kanjeng Ratu kemudian dipersilahkan menempati kursi yang telah disediakan yang berada didepan Sang Penghubung, Wakil Raja Padang 12 duduk di sebelah kanan Kanjeng Ratu. Pak Haji Guru Besar dan pak Ustadz Haji berdiri disamping Wakil Raja Kerajaan Padang 12. Sedangkan Sang Penghubung duduk bersama saudara kembarnya dan di kanan kirinya adalah para pendamping. 7 Bidadari duduk dibelakang para pendamping. Diruang tengah berkumpul putra Ustadz Haji dan 8 dara serta lain-lainnya.
Terlihat Sang Penghubung agak takut-takut dan tegang untuk berbicara kepada Kanjeng Ratu, karena baru kali inilah dalam perjalanan hidupnya bertemu dengan orang yang sangat penting dan terkenal diseluruh bumi. Kanjeng Ratu sendiri dan Wakil Raja Kerajaan Padang 12 tersenyum-senyum melihat Sang Penghubung yang salah tingkah karena gugupnya. Ia merasa semua ketajaman indra nya tidak dapat berfungsi seperti biasanya, hanya mata dan pendengaran saja yang bisa dan mampu digunakan saat itu.
Kemudian terjadilah dialog antara Kanjen Ratu dengan Sang Penghubung.. inti dari pembicaraan tersebut bahwa Sang Kanjeng Ratu Kerajaan Bawah Air sangat senang dan setuju sekali akan adanya blog yang menceritakan kebenaran dan juga meluruskan anggapan yang salah mengenai keberadaan Manusia Bunian Kebenaran, saat itu juga Kanjeng Ratu meminta untuk meluruskan juga anggapan yang keliru di masyarakat terhadap beliau dan kerajaannya. Karena Kanjeng Ratu Kerajaan Bawah Air dan Kerajaannya juga termasuk Manusia Bunian Kebenaran.
Singkat cerita, setelah terjadi dialog-dialog itu akhirnya Kanjeng Ratu berpamitan untuk mengakhiri kunjungannya. Saat beliau pulang bersama Wakil Raja Kerajaan Padang12, Kereta Kencana itu jalannya tidak seperti waktu datang yang berjalan mengikuti jalan biasa tetapi langsung terbang ke angkasa menuju Kerajaan Padang 12.
Sejak saat itu, Sang Penghubung menjadi mediator antara 2 kerajaan besar bunian. Maka hubungan antara 2 Kerajaan Besar dengan para pelaku kisah dari Seri Kisah Bunian bertambah penuh warna. Kurungan Gaib sekarang tidak hanya dijaga dari Kerajaan Padang 12 tetapi secara bergiliran dijaga juga dari Kerajaan Bawah Air.
Demikian lah dimulai suatu perjalanan baru dari Seri Kisah Bunian…….
jadi merinding bulu kuduk ini...saat membacanya...Subhanallah...semoga semua pihak yg ada dalam cerita ini mendapat rahmat dari Allah SWT....Amiin
BalasHapusTerima kasih atas uraian cerita yang sangat menarik hati,serasa membaca majalah "misteri",walau saya masih meraba-raba tokoh2 dalamcerita tersebut.
BalasHapusSUBHANAULLOOHHH?????,,,,,Sy Suka,,,N Senang,,Bisa Melihat Critanya,,SSUUCCEESSS?????,,
BalasHapusini base on true story kah ?
BalasHapuskalau iya.. ternyata sangatlah sedikit yang kita ketahui ttg alam ini dan isinya...
Allah maha besar..
saya anjar.,.,.,. mahasiswa kesehatan di jakarta !! kebetulan saya orang asli masyakat sambas tepatnya asli paloh !!! terimakasih atas informasi nya semoga cerita ini mampu membawa hikmah besar bagi saya
BalasHapussaya anjar.,.,.,. mahasiswa kesehatan di jakarta !! kebetulan saya orang asli masyakat sambas tepatnya asli paloh !!! terimakasih atas informasi nya semoga cerita ini mampu membawa hikmah besar bagi saya
BalasHapusandjar : saya juga banyak mendengar dari orang2 tua keluarga saya, kalau di Paloh juga ada salah satu kerajaan bunian.. tapi saya kurang tahu tepatnya di mana..
BalasHapusmohon ijin mendulang kebaikan dari semuahnya..
BalasHapusterima kasih..
Alhamdulillahi Rabbi Alamin, InsyaALLAH berkah dan manfaat sesuai dengan tujuan dan niat awal pembuatan blog ini, salam sungkem dalem katur kagem poro sesepuh. Wassalamu'alaikum.
BalasHapusMurdianto
salam kenal...semoga suatu saat kita bisa ketemu.posisi saya di ketapang
BalasHapusassalamualaikum...saya ingin bertanya,apakah bangsa bunian itu hanya ada di daerah
BalasHapuspulau kalimantan saja?apakah di pulau2 lainnya seperti pulau jawa tidak ada bangsa bunian?
Salam,
BalasHapusSelain di pulau Kalimantan, bangsa bunian juga ada di pulau sumatera. Namun untuk pulau jawa, saya belum pernah mendengar istilah bangsa bunian, mungkin menggunakan istilah yang berbeda. seperti di bali, disebut dengan wong samar, tapi apakah jenisnya sama dengan bangsa bunian?? lalu ada istilah wong alus, apakah sama?? Saya belum tahu tentang hal tersebut..Mungkin dari pengasuh blog dapat memberikan penjelasan lebih lanjut. Silahkan. Salam
Salam..
BalasHapusBagus dan hebat sekali penerangan, terima kasih berkongsi.
Cuma kerana saya senang mengkaji dan terus mengkaji buat pengetahuan sendiri, maka ada beberapa persoalan yang diharap semoga diterima dengan lapang hati untuk sama2 diteliti dan bukan terus dihukum atas dasar peribadi.
Seperti yang diterangkan oleh wakil dari yang dikatakan pemegang sanad nabi(yang bergantian sekali disetiap seratus tahun)iaitu dari blog kubranewszamany.blogspot.com(yang saya tidak punya kepentingan apa2 yang berkaitan, cuma menjadi sumber rujukan) bahwa Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul adalah asalnya manusia yang bersekongkol sama bapanya(juga melakukan sumbang mahram)yang mana si bapa(iaitu Sabdo Palon-dikatakan juga sebagai pencipta Hindu dan Budha kalau tidak silap dan menjadikan Bali sebagai headquarters) juga dulunya pernah membunuh si isteri(ibu kanjeng Ratu) kerana itu korban sbagai syarat atas sebuah perjanjian dengan Iblis untuk mendapatkan kehidupan yang kekal berkuasa dan diberi kuasa mengawal dunia disebelah timur dimana sebelah baratnya dikawal oleh si Dajjal Al-Massih. Di sana juga menyebut bahwa Syekh Siti Jenar juga bergabung bersama mereka. Serba sedikit yang boleh saya perjelaskan disini dan diharap ada yang sudi menterjemahkan/menerangkan kepada saya( terutamanya dari pak Rasyidi yang saya hormati) `hanya` setelah penelitian yang dalam yang tanpa berat sebelah kepada mana2 pihak setelah mengkaji dari sumber yang saya sertakan blognya tadi yang mana saya kira berat untuk diragui kenyataan2 dari pihak tersebut atas dalil2 yang jelas yang diterangkan disana.
Salam kenal dari saya dari Kuala Lumpur, Malaysia buat saudara2 saya dari seluruh Indonesia raya yang mana saya juga punya darah keturunan dari sana tapi terbatas pengetahuan saya.
Aslmlkm
BalasHapusMenarik, wlpun saya kurang tau tnntang hal sprti itu, tp klau smua adalah kebaikan, saya setuju dng tulisan ini, اَللّهُ bersama hambanya dalam kebaikan,
Wslmlkm..
Alhamdulillah..saya juga baru mebdapat ilham beberapa hari lepas ttg 3 lelaki dr kerajaan laut sebelah barat borneo .. tepatnya Lundu, Sarawak ..utk d hantar ke gunung gading pun dalam daerah yg sama..dr penceritaan dlm blog maksudnya ada kerajaan bunian bawah laut dan tidak semestinya berada d atas gunung dan langit .. terina kasih atas pencerahan .. syukur .. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
BalasHapusasslamualaikum.wr.wb, salam kenal dari saya, saya tertarik dari blog ini, sebenar nya dari buyut sya juga ada yg beristrikan orang bunian dari sumatra barat, mudah mudahan blog ini berguna buat saya...
BalasHapusuntuk saudara fendijr, maaf beribu maaf tapi sabdo palon ada pada jaman majapahit dan beliau merupakan penasehat raja brawijaya V. Jadi jika dihubungkan dengan pencipta hindu budha di nuswantara maka akan sangat jauh sekali. sekali lagi mohon dipelajari literatur dan bukti sejarah yang ada di nuswantara. dan juga mohon di pelajari awal mula Hindu dan Budha.. sekali lagi mohon maaf, saya tidak bermaksud SARA.
BalasHapusAssalamualaikum wr.wb.
BalasHapusSaya pernah melihat sosok naga di dalam sebuah batu cincin.sosok naga yg indah,berwarna hijau tua yg mengkilat,ketika itu terlihat sang naga sedang berenang di lautan,tubuh nya timbul tenggelam dengan menciptakan gelombang air yg indah,persis seperti melihat seekor ikan paus besar yg berenang di lautan,ketika separuh badan nya terangkat ke permukaan air,maka terlihat sungut2 sang naga yg indah,terlihat warna hijau tua,kuning dan merah diujung sungut nya itu bersama sisa air yg membasahi nya..
Ketika saya mencoba berkomunikasi dng nya..dia mengatakan bahwa dia naga nya sang Panglima Ceng kho.ketika Panglima Cheng kho menginvasi tanah jawa,dan ketika Panglima Cheng Kho kembali ke negerinya,sang naga tsb enggan ikut kembali ke cina,maka dengan setengah hati Panglima Cheng kho meninggal kan naga tsb dilautan palembang.saya jadi teringat setelah membaca kisah mas abu abu diatas..apakah naga yg pernah saya lihat waktu itu adalah sama dengan sosok Antaboga ? Atau memang ada naga yg lain milik Panglima Cheng kho ??
Mohon pencerahan nya mas...sekedar pengetahuan aja.